Pages

Wednesday, March 19, 2014

Rahasia Kalung Siti Fatimah Az-Zahra

Assalaamu;alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh...

Selamat siang untuk semua saudara sebangsa dan setanah air, di sela-sela waktu yang sedikit mepet menjelang jam istirahat kerja, postingan ini ditulis begitu saja. Sebenarnya, tulisan ini bersumber dari salah seorang sahabat, semoga beliau dalam keadaan sehat dan senantiasa berada dalam naungan Ridho & Maghfiroh-Nya, aamiin..

Rahasia Kalung Siti Fatimah Az-Zahra
Fatimah Az-Zahra adalah putri Rasululloh yang memiliki budi pekerti luhur dan patut untuk kita teladani sebagai seorang muslimah. Semoga dengan menyimak sajian berikut ini, kita bisa meneladaninya dan lebih peduli terhadap sesama. Dan salah satu pelajaran dari kisah ini adalah " kesulitan dan kekurangan bukanlah suatu halangan bagi kita untuk berbuat kebajikan (amal kebaikan) demi mendapat keridho-an Alloh SWT.

Pernah terjadi di zaman Rasululloh SAW masih hidup, sebuah kisah yang mengharukan. Pada suatu hari selesai menunaikan shalat Rosululloh SAW dikelilingi oleh para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang arab pegunungan yang telah tua renta badannya kelihatan lemah dengan pakaian yang sudah using dan penuh dengan tambalan. Melihat keadaan orang tua itu langsung Rosululloh SAW menyapanya.

Dengan bibir gemetaran orang itu menjawab: “Ya Rosululloh, aku sedang lapar sekali. Tolonglah saya, berilah aku makanan, hamba tak punya pakaian kecuali yang sedang hamba pakai ini. Tolonglah hamba wahai Rosul. Rosululloh pun menjawab, “Sayang, aku tidak memiliki apa-apa yang dapat kuberikan tetapi orang yang menunjukan kebajikan adalah sama dengan orang yang melakukanya. Pergilah sekarang ke tempat orang yang dicintai oleh Alloh dan Rosul-Nya. Ia lebih mengutamakan Alloh dari pada dirinya sendiri, itulah Fatimah Putriku. Rumahnya dekat sekali dengan rumahku,” demikian jawab Rasulullah kepada orang arab pegunungan itu. Rosululloh SAW menyuruh Bilal bin Rabbah agar mengantar orang tua itu ke rumah Siti Fatimah.

Sesampainya di depan rumah Siti Fatimah Az-Zahra dengan suara yang tersendat-sendat orang tua itu memanggil-manggil, “Wahai, ahlil bait… Hai keluarga Rosululloh, penghuni tempat yang sering didatangi olah para malaikat, tempat Jibril membawa wahyu Alloh.”

Mendengar suara orang yang berseru demikian, Fatimah segera keluar serta mengucapkan salam seraya bertanya tentang keadaan dan keperluan orang tua itu.

Pertanyaan Fatimah dijawab oleh orang tua itu dengan suara serak: “Aku orang pegunungan, aku datang dari tempat yang jauh mengharapkan pertolonganmu. Aku telah mendatangi ayahmu dan aku disuruh ke sini. Wahai putri Nabi aku lapar sekali, berilah aku makan dan aku tak mempunyai pakaian. Tolonglah aku semoga Alloh merahmatimu.”

Mendengar jawaban orang tua itu Fatimah bingung memikirkan apa yang mesti ia berikan kepada orang tua itu untuk meringankan penderitaannya.

Pandangan orang tua itu penuh harap mendapat kasih dari putri Nabi tersebut. Fatimah cemas dan bingung karena apa yang hendak diberikan kepada orang tua tersebut. Sedangkan dia sendiri bersama keluarganya dalam keadaan miskin. Sudah tiga hari puasa dan tidak mempunyai makanan untuk berbuka.

Namun Fatimah tidak tega melihat keadaan orang tua tersebut… Ia merasa sangat sedih kemudian Fatimah kembali ke dalam rumah mencari apa yang dapat diberikan. Ternyata hanya ada selembar kulit kambing untuk alas tidur putranya, inilah kiranya yang dapat diberikan kepada orang tua yang mengharap pertolonganya itu. Menerima pemberian Fatimah orang tua itu tercengang bercampur heran, apa kiranya yang dapat diperbuat dengan selembar kulit kambing padahal ia sedang lapar, sedang yang diharapkanya adalah makanan untuk menghilangkan laparnya dan pakaian yang dapat ia pakai.

Lalu orang tua itu bertanya kepada Fatimah: “Hai putri Muhammad, aku datang kepadamu karena mengharapkan engkau dapat memberiku makan dan pakaian untuk menutup tubuhku yang hamper telanjang. Tetapi yang ku dapat hanya selembar kulit kambing… Lalu apa yang dapat ku perbuat dengan kulit kambing ini?”

Ketika mendengar kata-kata orang itu Fatimah bertambah haru hatinya. Ia sangat malu dan merasa heran mengapa ayahandanya menganjurkan orang ini datang kepadanya, padahal ayahandanya tahu bahwa ia tidak memliki apa-apa dan sering berpuasa menahan lapar. Fatimah merenung sebentar apakah ada benda lain yang dimilikinya untuk menghibur kedukaan orang tua tersebut.

Baru ia teringat, rupanya ia masih mempunyai benda berharga, milik satu-satunya yang paling disayangi. Itulah kalung pemberian bibinya, putri Hamah bin Abdul Muthalib yang juga bernama Fatimah. Fatimah segera melepaskan kalung yang melingkar di lehernya dan memberikannya kepada orang tersebut dan sambil berkata: “Ambilah ini, mudah-mudahan Alloh mengantinya dengan sesuatu yang lebih baik.”

Melihat seuntai kalung yang diberikan oleh puri Rosululloh kepadanya, wajah orang itu berubah gembira bercampur heran. Sambil tersenyum berseri-seri segera orang itu melangkah pergi membawa seuntai kalung pemberian Fatimah menuju masjid di mana Rosululloh dan para sahabatnya sedang berkumpul.

Sesampainya di hadapan Rosululloh orang itu menunjukan pemberian Fatimah kepadanya dan mengatakan bahwa ketika memberikan barang ini Fatimah mengucapkan kepadanya, “Mudah-mudahan Alloh mengantinya dengan sesuatu yang lebih baik.”

Tatkala melihat pemberian kalung Faimah dan mendengar ucapan putrinya yang tercinta kepada orang tua itu, Nabi pun tak dapat menahan rasa harunya, sehingga berlinanglah air matanya, menyaksikan hal yang demikian peristiwa yang amat mengharukan hati. Ammar bin Yasir, salah seorang sahabat segera berkata, “Ya Rosululloh, bolehkah aku membeli kalung itu?” Dan Nabi pun menjawab, “Belilah jika engkau mau, wahai Ammar?”

Ammar lalu bertanya kepada orang tua tersebut, “Berapa engkau jual kalung itu?” Orang tua itu pun menjawab, “Seharga seberapa potong roti dan daging yang dapat aku makan untuk dapat menghilangkan rasa laparku dan aku membutuhkan kain untuk menutup auratku agar aku dapat menunaikan ibadah sholat dan aku juga memerlukan uang satu dinnar untuk biaya perjalananku pulang.”

“Baiklah, kalungmu aku beli dengan harga dua puluh dinar dan seratus dirham dan engkau akan diberikan roti dan daging untuk menghilangkan laparmu. Selain itu aku akan memberimu pakaian dan seekor unta untuk kendaraan mu pulang.” Demikian kata Ammar. “Alangkah mulia hatimu.” Kata orang tua itu.

Ia lalu pergi bersama Ammar kerumahnya untuk menyelesaikan urusannya tersebut. Lalu ia datang kepada Rosululloh, melihat keadaanya telah berubah Rosul pun tersenyum memandangnya dan bertanya, “Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudahkah engkau kenyang dan memilkii pakaian yang cukup?” Lalu orang tersebut menjawab, “Ya Rosululloh aku telah memperoleh segalanya melebihi apa yang aku butuhkan, bahkan aku kini merasa menjadi orang kaya.”

“Kalau begitu balaslah kebaikan Fatimah kepadamu.” Kata Rosululloh SAW Lalu orang tua tersebut berdoa kepada Alloh SWT: “Ya Alloh, tiada yang ku sembah selain Engkau. Berilah Fatimah sesuatu yang tidak pernah dilihat mata dan tidak pernah didengar telinga.”

Mendengar doa tersebut Nabi menoleh kepada para sahabatnya dan bersabda, “Di dunia ini Alloh telah memberi karunia kepada Fatimah seperti apa yang didoakan oleh orang tua itu. Fatimah mempunyai ayah seperti aku, seorang utusan Alloh kepada manusia dan semesta Allam. Fatimah telah dikaruniai suami Ali bin Abi Thalib tidak ada lelaki yang dapat menandingi dan sepadan untuk menjadi suami selain dia. Dan Alloh telah memberikan pula kepadanya dua orang purtra yaitu Al Hasan dan Al Husain… Tidak ada anak lain yang menyamai mereka berdua… Mereka adalah cucu Nabi yang akan menjadi pemuda ahli surga yang terkemuka…”

Setelah diam sejenak Nabi SAW kembali bertanya, “Apakah kalian semua masih ingin mendengar lagi tentang kemuliaan putriku Fatimah?” Dan para sahabat serentak menjawab, “Benar, wahai Rosululloh.” Nabi pun melanjutkan: “Telah datang kepadaku Malaikat Jibril memberitahuku… Yang dimaksud sesuatu yang tak pernah dilihat mata dan didengar telinga adalah bahwa disaat meninggalnya Fatimah, ketika ia berada didalam kubur ,ia akan didatangi malaikat dan ditanya: Siapa Tuhanmu? Fatimah akan menjawab: Alloh Tuhanku. Dan Siapa Nabimu? Fatimah akan menjawab: Ayahku adalah Nabiku.”

Sabda Nabi SAW kembali: “Sesungguhnya Alloh telah memerintahkan malaikat supaya melindunginya dan selalu menyertainya diwaktu hidupnya hingga datang ajalnya.”

“Barang siapa dikemudian hari berziarah ke makamku berarti sama saja dengan datang berkunjung kepadaku ketika aku masih hidup… Barang siapa berziarah ke makam Fatimah, sama halnya dengan berziarah ke makamku.”

Demikian Sabda Rosululloh SAW yang telah mengungkapkan keutamaan dan kemuliaan Fatimah Az-Zahra…

Setelah membeli kalung tersebut Ammar bin Yasir segera membungkus kalung tersebut dengan kain dan diberinya wangi-wangian dan sesegera memerintahkan kepada hamba sahayanya yang bernama Saham agar menyerahkan bungkusan itu kepada Baginda Nabi Muhammad SAW disertai pesan, “Berikanlah bungkusan ini kepada Nabi SAW dan engkaupun aku berikan kepadanya.” Saham lalu pergi dan menyampaikan pesan Ammar kepada Nabi.

Betapa terharunya Nabi melihat isi bungkusan dan setelah mendengar pesan itu segera Nabi berkata, “Pergilah engkau kepada Fatimah dan serahkanlah kalung itu kepadanya.“ Di samping itu engkau juga aku hadiahkan kepada Fatimah…

Maka Saham pergi menuju rumah Fatimah… Dan bungkusan itu langsung diberikannya kepada Fatimah dan sekaligus budak itu menyatakan bahwa dirinya sekarang juga telah menjadi milik Putri Rosululloh SAW… Fatimah sangat bersyukur kepada Alloh karena kalung kesayangannya telah kembali… Dan tentang Saham segera saja Putri Nabi itu berkata, “Dan engkau wahai Saham, mulai hari ini tidak menjadi hamba sahaya lagi dan aku merdekakan engkau.”

Betapa gembiranya Saham ketika mendengar penyataan Fatimah. Sungguh ia sangat bersuka cita dan gembira karena tidak pernah terbayang selama ini bahwa dirinya merdeka… Dan ini merupakan hadiah terindah yang pertama kali didapatkan dalam hidupnya… Karena sangat gembira ia terus menerus tertawa dengan senangnya sehingga Fatimah Az-Zahra berkata: “Mengapa engkau tertawa, Saham?“

“Aku tertawa karena merasakan betapa berharganya nilai seuntai kalung yang telah memberi berkah. Benda itu telah mengenyangkan perut orang lapar, menutupi aurat orang yang hampir telanjang dan membuat orang miskin merasa menjadi kaya… Dan sekarang kalung itu telah memerdekaan budak.” Jawab Saham dengan mengucapkan terima kasih kepada SITI FATIMAH AZ-ZAHRA R.A. dan tentunya bersyukur kepada Alloh.


Wassalaam...

No comments:

Post a Comment